Kemarin dulu saya pernah bilang mau mengulas beberapa foto yang saya publish. Karena lumayan cukup banyak foto yang saya publish meskipun sebenernya hanya tiga , saya akan mengulasnya satu persatu dalam postingan yang berbeda, karena memang tiap foto mempunyai cerita masing – masing. Sebelum saya mengulas foto, terlebih dahulu saya jelaskan asal usul foto yang akan saya ulas.
Beberapa waktu lalu saya melakukan lawatan ke daerah ibukota. Jakarta, ibu kota Indonesia. Pandangan orang terhadap kota tersibuk di Indonesia ini bermacam macam ternyata. Mulai dari banyaknya tempat – tempat nongkrong semacam mall, Monas, Istana Presiden, sampah, banjir, kemacetan , busway, bis tingkat, dan masih banyak yang lainnya, sampai tukang obral baju murah di senen.
Namun yang menjadi destinasi lawatan saya waktu lalu bukan yang disebutkan di atas, meskipun sebenarnya saya beberapa kali naik busway. Tapi yang menjadi daftar kunjungan kala itu salah satunya adalah, Kota Tua.
---
Buru – buru saya menyambar peta Jakarta ketika turun dari kamar tempat menginap. Sambil sarapan saya bolak balik itu peta. Setidaknya saya punya rencana perjalanan yang jelas dengan beberapa tujuan tempat yang akan saya kunjungi.
Dari Blok M dengan transjakarta menuju Kota Tua. Sebelum masuk halte saya agak terkejut karena ternyata sudah tidak diberlakukan lagi tiket sobek tranjakarta satu kali pakai, alhasil saya beli tiket elektronik. Meskipun harganya lebih mahal dari tiket sobek biasa, tapi tikwt elektronik bisa digunakan untuk beberapa kali naik transjakarta, dan bisa isi ulang juga. Lumayan kalau nanti saya jalan –jalan lagi ke Ibukota, yang jelas tiket elektronik praktis.
Di sepanjang jalur Transjakarta Blok M – Kota Tua, sebenernya banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa diantaranya, Tugu Monas, Museum Nasional–harap dibedakan antara Monumen Nasionan dengan Museum Nasional-, Museum Taman Prasasti, Dan Gedung Arsip Nasional. Tapi sayang sekali rata – rata jam buka museumnya sampai dengan pukul 16.00, sedangkan saya berangkat dari Blok M setelah Ashar. Berharap bisa menyusun rencana perjalanan lagi ke Ibukota lain waktu.
Akhirnya hanya satu tempat yang dituju, Kota Tua. Meskipun hanya Kota Tua, tidak akan cukup waktu berminggu – minggu bagi saya untuk mengagumi deretan bangunan tua yang tersebar. Beberapa jam saja adalah waktu yang sangat singkat untuk menikmati suasana di Kota Tua, atau sekedar membayangkan susananya di masa lalu.
Setibanya di halte terakhir, Halte Kota Tua saya disuguhi dengan berbagai pandangan yang menakjubkan bagi saya sebagai manusia sejarah -perlu diingat, manusia sejarah, buhkan ahli sejarah, hanya sebagai pengagum dan pencari sejarah-. Beberapa diantaranya bangunan yang memberikan sambutan adalah Museum Bank Mandiri, lagi – lagi karena sudah sore saya gagal untuk mengapresiasi berbagai benda – benda bersejarah di dalamnya, ya anggap saja cukup dengan melihat gedungnya dari luar saja untuk kesempatan kali ini. Beberapa Blok dari Museum Bank Mandiri berdiri kokoh bangunan yang mengingatkan saya pada sebuah gedung di Amerika Serikat yang saya sendiri lupa nama gedungnya, belakang baru saya ingat –Lincoln Memorial-. Ya, gedung itu namanya Museum Bank Indonesia yang semula mengingatkan saya pada Lincoln Memorial, padahal setealh diperhatikan sangat berbeda.
Dari bahan bacaan-semacam leaflet untuk tamu- yang saya dapatkan dari salah satu petugas Jembatan Kota Intan yang masih merupakan kawasan Kota Tua-, saya mafhum bahwa Kota Tua saat ini dibagi menjadi 5 zona. Nah zona – zona tersebut antara lain, Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya, Kawasan Pusat Kota Lama atau yang lebih dikenal dengan Taman Fatahillah, Kawasan Pecinaan, Kawasan Perkampungan Multi Etnis, Kawasan Pusat Bisnis Kota Tua.
Beberapa zona saja yang saya kunjungi, meskipun saya tidak tahu persis zona mana – mana lebih tepatnya. Namun beberapa tempat cukup menjadi acuan perjalanan kali ini. Karena lebih mudah mengenal gedung atau nama tempat daripada sebuah zona.
Dengan sempitnya waktu yang tersedia, karena jam 10 malam saya harus kembali ke kota Cipanas – Cianjur, dengan sangat terpaksa tidak semua zona saya keililingi. Hanya beberapa tempat saja yang akhirnya bisa disambangi. Dan tentunya berjalan kaki lebih menyenangkan disamping penghematan.
Ditulisan bagian kedua akan dilanjutkan bagaimana saya melewati sungai yang dulu mungkin dianggap Indah seperti sungai Sein di Perancis, dan melihat bagaimana Bank yang sepi nasabah karena memang sudah menjadi Ex – Chartered Bank serta melihat Kampus Akademi Marinir yang kehabisan para kadet.
0 comments:
Terima kasih atas komentarnya