Tersebutlah bujang, seorang anak kecil yang tinggal di sebuah dusun kawasan pertanian di tepi hutan, di kaki gunung. Dia senang bermain, b...

Si Bujang

Tersebutlah bujang, seorang anak kecil yang tinggal di sebuah dusun kawasan pertanian di tepi hutan, di kaki gunung. Dia senang bermain, berkumpul bersama anak – anak dusun yang lainnya.  Apalagi di musim kemarau ketika cuaca mendukung untuk bermain layangan. 

Hingga suatu hari, cuaca begitu panas. Anak – anak yang lain bermain layangan di bawah terik matahari. Si bujang hanya melihat anak – anak yang lain bermain layangan, melihat layangan yang mengudara melanglang buana. Hanya itu yang dia bisa lakukan, karena si Bujang tidaklah bisa menerbangkan layangan. Kadang sesekali dia, si Bujang berlari – lari bersama yang lain mengejar layangan putus.

Hari yang panas membuat keringat bercucuran dan kehausan. Si bujang meronggok saku kecilnya dengan tangannya yang mungil. Diraihnya sekeping koin uang jajan dari emaknya dan berlarilah si Bujang menuju warung. Berharap bisa mendapatkan minuman segar untuk menghilang dahaganya yang sedari tadi dirasakannya. 

Si Bujang keluar dari sebuah warung dengan wajah riang. Berlari dengan minuman segar di tangannya. Bayangan kesegaran yang akan dirasakan kerongkonganya terpancar jelas di wajahnya, meskipun belum dia minum. 

Namun di tengah larinya dengan wajah riang itu Si Bujang tersungkur ke tanah. Kaos lusuh kotor dihadang tanah yang berdebu terpanggang matahari. Wajahnya tergores kerikil. Dan minuman segarnya, minuman yang diharapkan melingkan dahaganya mengalir di tanah. 

Minuman segar berkemasan plastik itu tumpah, wajah si bujang sedih. Si Bujang  menangis, sambil memerhatikan minumannya meresap ke dalam tanah yang kering.

https://zayeedalmajnun.wordpress.com/

0 comments:

Terima kasih atas komentarnya