Dulu, hampir setiap pagi aku bisa melihat pelangi, berlari – lari bermain  bersama kawan meski kadang lupa waktu. Masa kecilku menyenangka...

Kaleidoskop 24

Dulu, hampir setiap pagi aku bisa melihat pelangi, berlari – lari bermain  bersama kawan meski kadang lupa waktu. Masa kecilku menyenangkan, terkadang aku ingin kembali ke masa itu sekedar untuk tersenyum tanpa ragu -kupinjam kata – kata mu-.

Dengan ribuan kata peristiwa bisa terdeskripsi, kisah ataupun mimpi. Yang tertuang ataupun yang terbuang, terulang atau yang sengaja diulang. Yang hilang atau yang terkenang, disusun ataupun tersusun.

Beberapa teman menghilang, beberapa kawan datang dan sahabat tetap bertahan. Beberapa dari mereka berlari mengejar mimpi menyusun pondasi mercusuar tinggi, mendaki. Namun beberapa ada pula memenuhi panggilan Sang Ilahi untuk kembali, pulang. 

Beberapa mebina keluarga membina bahagia, menyaksikan tumbuh kembang putera – puterinya. Beberapa lagi sedang bangkit dari kejatuhan, tak peduli luka karena yakin kemenangan akan tiba. Beberapa lagi hilang tak berbekas, terbenam dan tak peduli pada popularitas. 



Beberapa mengalami kehidupan baru, namun kehiudpan barupun akan berlalu. Ketika nikmat dunia fana ini sirna, kembali sendirian menghadap-Nya. Entah nestapa atau bahagia yang dihadapi selanjutnya. 

Beberapa waktu aku terguncang, beberapa waktu aku rapuh, beberapa waktu aku lelah. Beberapa waktu aku butuh sapa hangat seorang sahabat. Banyak waktu dilalaui tapi tak semua dilampaui. Disaat terpuruk atau terjatuh, diisaat lelah harus tetap tabah dan tidak menyerah.

Disaat diri yang rapuh penuh kesombongan, rasanya ingin berkumpul dengan kawan. Berbicara tentang segala sesuatu seolah tak ada lagi perjumpaan.

Aku manusia yang menjalani hidup dari waktu kewaktu dari kesempatan ke kesampatan yang seharusnya aku manfaatkan. Tak tahu berapa lagi waktuku, tah tahu berapa sepersekian detik lagi kesempatan yang diberikan padaku. Aku manusia yang menyaksikan atau tersaksikan menjalani misteri waktu yang berjalan dan berganti serta akan terhenti. 

Aku tersaksikan atau menyaksikan. Waktu demi waktu hari demi hari dari tahun ke tahun menjalani kehidupan. Mengalami letupan – letupan emosi dan merasakan dentuman – dentuman ambisi. Sampai saat ini didalam kehidupan aku masih berdiri, menjadi saksi ataupun tersaksi.

Manusia patutnya menyadari karena waktu telah berlalu dan takkan kembali. Beberapa memang terasa menyedihkan, namun hidup harus tetap berjalan.


Zayeed al Majnun
Januari 2015

0 comments:

Terima kasih atas komentarnya