Meskipun sayup-sayup namun saya dengarkan, ketika di beberapa kota di Inggris dilanda kericuhan,David Cameron menyatakan sesungguhnya kerusuhan-kerusuhan itu terjadi karena degradasi moral yang terjadi dikalangan masyarakatnya. Perdana menteri Inggris menyatakan hal itu ketika kerusuhan terburuk kembali terjadi setelah 80-an tahun silam.
Di Indonesia, entahlah saya juga lupa seberapa seringnya kerusuhan yang terjadi, dari eksekusi tanah, demonstrasi yang diwarnai dengan aksi anarki, hingga kerusuhan Ambon yang terprovokasi dari sebuah sms. Belum lagi aksi para pegawai departemen dalam negeri yang juga diwarnai kerusuhan. Apakah ini citra bangsa Indonesia, yang melakukan setiap aksi yang selalu diwarnai dengan kerusuhan. Apakah bangsa Indonesia memang bangsa “perusuh“? dengan tegas saya akan menyatakan malu jika hal itu sudah melekat dengan bangsa ini.
Di Inggris setelah kerusuhan yang lama sekali tidak terjadi, dan pada akhir-akhir lalu terjadi, Perdana Menteri Inggris David Cameron, langsung memberikan pernyataan resmi bahwa terjadi “degradasi moral“ sehingga mengakibatkan terjadinya rusuh. Namun Di Indonesia yang entah seberapa seringnya terjadi kerusuhan, sepertinya tidak ada pernyataan resmi yang menyatakan degradasi moral dikalangan masyarakat. Entah saya yang terlalu sibuk dengan tontonan “spongebob“, hingga saya melewatkan seseorang menyatakan pernyataan hal itu, atau mungkin memang tidak ada pernyataan resmi dari orang-orang terhormat yang ada di negeri kita. Tetapi tidak peduli dengan pernyataan resmi atau tidak resmi, yang terpenting adalah adanya kesadaran, bahwa di masyarakat kita terjadi degradasi moral yang luar biasa.
Sudah saatnya kita kembali ke runner up dan jauhi zona degradasi moral yang mengerikan, kita adalah bangsa yang dikenal dengan keramah-tamahannya, namun hal itu nampaknya tidak tercermin dalam setiap aksi ataupun tindakan yang kita lakukan. Begitu banyak cara mengatasi segala hal, tanpa dibumbui dengan aksi kerusuhan, kita adalah bangsa yang bermartabat, selesaikan masalah dengan penuh kehormatan.
Kita adalah pelajar, para intelektualis, seyogyanya kita lebih menggunakan otak dan juga hati nurani dalam bertindak, jangan tiru tindakan mereka-mereka yang tidak bisa dikatakan beradab. Tugas kita untuk mengembalikan citra bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang beradab, lebih mengutamakan intelektual dan hati nurani, daripada keberanian untuk turun kejalanan yang tak berlandaskan. Apapun bentuk kekerasan, kerusuhan, apalagi tawuran antara pelajar, tentunya hal itu tidak bisa dibenarkan.
0 comments:
Terima kasih atas komentarnya